top of page

Rp.20.000/bulan-Harga promo

PLUS MINUS INVESTASI FINANSIAL DAN PROPERTY

Beranda

  • w-facebook
  • w-tbird
  • w-googleplus
  • w-blogger

A.Kekurangan Investasi Properti Dibanding Investasi Finansial
Dec 21, 2012 - Rumah.com
   
RumahCom – Secara singkat, ada 13 faktor yang membedakan investasi properti dengan investasi finansial. Ada plus-minus di antara keduanya. Sebagai investor, Anda yang harus menentukan investasi apa yang paling tepat untuk Anda—tentu saja disesuaikan dengan timing dan kondisi kantong.

Berikut ini kekurangan investasi properti dibanding investasi finansial yang dinukil dari buku ‘Menjadi kaya Melalui Properti’ tulisan Panangian Simanungkalit:

*Likuiditas (Liquidity)


Likuiditas merupakan kelemahan properti, karena memerlukan waktu yang relatif cukup lama untuk dijual, terutama ketika pemilik properti membutuhkan uang cash. Sementara di sektor finansial, nyaris setiap saat seorang investor bisa mencairkan dananya.

(Baca: Kelebihan Investasi Properti Dibanding Investasi Finansial)

Manajemen dan Pemeliharaan (Management and Maintenance)
Investor properti harus mengeluarkan sejumlah uang serta disiplin dalam mengatur dan memelihara properti miliknya. Di samping itu, dia juga harus memiliki asuransi guna melindungi properti miliknya dari kerugian yang bisa disebabkan oleh kebakaran atau bencana alam lainnya. Sementara itu, investor di sektor finansial, seperti saham, tidak memerlukan pemeliharaan, karena dia  hanya akan menerima surat pertanggungjawaban penyimpanan.

   
*Modal awal (Initial Capital)


Dari segi modal awal, investasi properti relatif lebih tinggi. Selain dana yang digunakan untuk membeli properti relatif besar, pembeli juga mesti mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya administrasi (seperti biaya balik nama dan lain-lain) atau untuk membayar pajak. Sebaliknya, modal berinvestasi di sektor finansial tidak terlalu besar.

Biaya Transaksi (Transaction Cost)
Di sektor properti, biaya transaksi memang tergolong tinggi, karena untuk penjual dikenakan PPH (5%) sementara untuk pembeli dikenakan BPTHB (5%). Hal ini tentu berbeda dengan transaksi di sektor finansial yang relatif berbiaya rendah.

Aturan (Legislation)
Di sektor properti, terdapat banyak sekali aturan-aturan yang mengikat, baik bagi pengembang maupun bagi pembeli. Di sektor riil ini, campur tangan dan kontrol pemerintah sangat signifikan, sehingga terkadang terasa begitu kompleks. Sebaliknya, hal serupa tidak terjadi di pasar finansial yang mengatur diri sendiri (self regulatory market). Di sini pengawasan pemerintah sangat terbatas.

Pembagian Investasi dalam Unit-unit Kecil (Divisibility)
Di dalam investasi properti, pembagian dalam unit-unit kecil tidak semudah di sektor finansial. Di sektor finansial, jika memiliki uang terbatas, kita bisa membeli hanya beberapa lembar saham. Di sektor properti hal ini sulit dilakukan. Misalnya, ada sebidang tanah dijual dengan ukuran 500 meter persegi, sementara kita hanya ingin membeli tanah 200 meter persegi di lokasi tersebut. Adakalanya si penjual tidak mau menjual sebagian tanah itu dengan berbagai alasan. 

*Pasar (Market)


Pasar properti sangat tergantung dengan lokasi.  Dengan demikian, penjual dan pembeli tidak mungkin bersaing secara sempurna. Berbeda dengan pasar finansial dimana hampir semua pembeli dan penjual mengetahui informasi yang sama terhadap sebuah produk. Ini menyebabkan pasar finansial disebut pasar yang nyaris sempurna.

 

 

B.Kelebihan Investasi Properti Dibanding Investasi Finansial
Dec 21, 2012 - Rumah.com
   

RumahCom – Seorang investor sejati akan mencari jenis investasi yang paling tepat baginya di saat tertentu. Misalnya di saat suku bunga tinggi, dia akan memilih investasi finansial; tetapi sebaliknya, saat suku bunga rendah, dia akan beralih berinvestasi properti yang memiliki capital gain lebih besar.

Secara singkat, ada 13 faktor yang membedakan investasi properti dengan investasi finansial. Ada plus-minus di antara keduanya. Berikut ini kelebihan investasi properti dibanding investasi finansial yang dinukil dari buku ‘Menjadi kaya Melalui Properti’ tulisan Panangian Simanungkalit:

Pendapatan Potensial (Potential Income)
Pendapatan potensial properti didapat dari hasil menyewakan properti tersebut—bisa berupa rumah, ruko, atau kios—kepada pihak lain. Nilai sewa bergantung pada harga pasar dan kemampuan penghuni untuk membayar sewa pada waktu tertentu. Di sisi lain, investasi di sektor finansial seperti deposito, pendapatan yang diperoleh berupa bunga (interest), sementara berinvestasi dalam bentuk saham akan mendapat deviden setiap tahun.

Kenaikan harga sewa properti tentu saja lebih pasti dari kenaikan hasil saham dan lain-lain, karena pada dasarnya semua orang membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal dan ruko atau kios sebagai tempat berusaha. Dalam kondisi ekonomi yang paling buruk pun, investasi properti akan selalu menguntungkan, karena properti adalah kebutuhan primer manusia.

(Baca: Kekurangan Investasi Properti Dibanding Investasi Finansial)

Potensi Kenaikan Investasi (Capital Appreciation Potential) 
Karena memiliki sifat langka, harga tanah dan bangunan sudah pasti akan naik relatif terhadap harga-harga barang lain. Pasalnya, faktor kelangkaan menciptakan nilai ekonomi tersendiri.

Hal ini tentu saja berbeda dengan investasi di sektor finansial. Harga selembar saham akan naik jika kinerja perusahaan baik, sebaliknya harga  akan turun jika kinerja perusahaan menurun atau memburuk. Sementara itu, pemilik saham tidak bisa mengubah kenaikan harga saham sekehendak hati.

Proteksi Terhadap Inflasi (Inflation Hedge)
Kenaikan harga tanah dan bangunan setiap tahunnya, sudah terbukti lebih tinggi dari laju inflasi. Kenaikan harga tanah di lokasi yang berkembang minimal 15%, sementara  tingkat inflasi berada di bawah angka 10%. Di sisi lain, harga semen, baja, dan besi selalu naik di atas tingkat inflasi, yakni rata-rata 10%-12%. Inilah yang menyebabkan tanah dan bangunan berupa rumah, ruko, dan apartemen merupakan aset yang paling tahan terhadap gerusan inflasi.

Sebaliknya, sektor finansial sangat sulit menghadang inflasi, karena investasi berupa uang (kertas), nilainya bisa termakan inflasi. Kondisi ini menyebabkan investor di sektor finansial tidak bisa memelihara daya beli mereka.

Peluang Mengendalikan (Opportunities for Control)
Di dalam berinvestasi properti, seorang investor memiliki peluang untuk mengendalikan properti miliknya dengan cara membeli, menahan, menjual,  memperbaiki, dan menggunakan. Sementara di sektor finansial, investor hanya bisa membeli, menahan, dan menjual.

Daya Ungkit (Leverage)
Properti memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya dengan modal awal Rp100 juta untuk uang muka (20%), Anda bisa membeli properti seharga Rp500 juta—sisanya Rp400 juta (80%) dibayar dengan bantuan kredit dari bank. Hal serupa tidak dapat dilakukan di  sektor finansial. Semua investasi di sektor finansial harus dibayar secara tunai.

Spekulasi (Speculation)
Di sektor properti, unsur spekulasi tidak terlalu banyak terjadi. Hal ini disebabkan karena harga-harga properti dapat dipastikan akan naik.

Sebaliknya di sektor finansial, spekulasi tergolong sangat tinggi. Pasalnya, harga selembar saham bisa turun secara drastis dalam waktu singkat, dan sebaliknya harga saham juga dapat naik secara signifikan secara mendadak.






 

copyright © 2013 ProperInvest​.                                                        Designed by ProperInvest.com                                                                                                                     

bottom of page